A.
Sebab Berdirinya Mataram Islam
Kerajaan
Mataram Islam berdiri tahun 1582, terletak di daerah Kotagede, sebelah Tenggara
kota Yogyakarta. Kerajaan ini dipimpin oleh suatu dinasti keturunan Ki Ageng
Sela dan Ki Ageng Pemanahan yang mengklaim masih keturunan penguasa Majapahit.
Kerajaan
ini berasal dari sebuah kadipaten di bawah Kesultanan Pajang ( Sultan
Hadiwijaya ), berpusat di Bumi Mentaok yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan
sebagai hadiah atas jasanya mengalahkan Arya Penangsang.
Tahun
1575, Ki Ageng Pemanahan meninggal dunia dan digantikan oleh putranya yang
bernama Sutawijaya atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Beliau bertekad untuk
membebaskan diri dari kekuasaan Pajang sehingga hubungan Mataram dan Pajang
memburuk dan berujung dengan peperangan di tahun 1587. Dalam peperangan ini,
Sultan Hadiwijaya meninggal dunia.
Kemudian,
Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja Mataram dengan gelar Panembahan
Senopati. Ia mulai membangun kerajaannya dan memindahkan pusat pemerintahannya ke
Kotagede tahun 1586. Pada tahun 1590, Kerajaan Mataram menaklukan Madiun,
Jipang, Kediri, Pasuruan, dan Tuban.
B.
Aspek Politik
Sebagai
raja yang baru, Sutawijaya memiliki tekad untuk menjadikan Mataram sebagai
pusat budaya dan agama Islam. Kerajaan Mataram Islam saat itu menganut sistem
Dewa-Raja yang berarti kekuasaan tertinggi mutlak berada pada Sultan. Wangsit datang setelah mimpi dan
pertemuan senopati dengan penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul, ketika ia
bersemedi di Parangtritis dan Gua Langse di
Selatan Yogyakarta. Dari pertemuan itu disebutkan bahwa kelak ia akan menguasai
seluruh tanah Jawa.
Setelah
Sutawijaya meninggal, kekuasaan dilanjutkan oleh putranya yaitu Mas Jolang.
Pemerintahan Mas Jolang ini tidak berlangsung lama karena beliau wafat karena
kecelakaan saat sedang berburu di hutan Krapyak, Setelah itu tahta beralih ke
tangan putra keempat Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro
menderita penyakit syaraf sehingga tahta beralih ke putra sulung Mas Jolang
yang bernama Mas Rangsang. Sesudah naik tahta, Mas Rangsang
bergelar Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo atau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung.
Pada masa pemerintahan Sultan Agung,
Mataram mengalami masa keemasan.
Pada
masa kekuasaan Sultan Agung terjadi pemberontakan oleh para bupati yang tidak
mau tunduk pada Mataram seperti Bupati Pati, Lasem, Tuban, Surabaya, Madura,
dan Madiun. Mataram juga memiliki ancaman dari Kerajaan Cirebon serta kekuasaan
VOC di Batavia. Untuk menundukan perlawanan tersebut, Sultan Agung
mempersiapkan sejumlah pasukan, senjata, dan armada laut, Mataram kemudian
menyerang Surabaya dengan kekuatan 80.000 prajurit yang mengepung Surabaya dari
darat dan laut.
C.
Aspek Ekonomi
Sebagai negara agraris, Mataram
mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan beberapa sungai di Jawa
sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan penduduk (transmigrasi)
dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik. Dengan
usaha tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke Malaka.
Perekonomian Mataram tidak semata-mata bergantung
agraris, tetapi juga karena pelayaran dan perdagangan.
D. Aspek Sosial Budaya
Pada zaman kejayaan Sultan Agung,
ilmu pengetahuan dan seni berkembang pesat, termasuk di dalamnya kesusastraan
Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang kitab yang berjudul Sastra Gending yang
merupakan kitab filsafat kehidupan dan kenegaraan. Kitab-kitab yang lain adalah
Nitisruti, Nitisastra, dan Astrabata. Kitab-kitab ini berisi tentang
ajaran-ajaran budi pekerti yang baik.
E.
Kemunduran Mataram Islam
Kemunduran
Mataram Islam, berawal dari kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan
menguasai seluruh Jawa. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak
terurus.
Pada
tahun 1641, Malaka jatuh ke tangan Belanda. Belanda juga menguasai jalur
perdagangan laut Nusantara. Sepak terjang Belanda tersebut menyulitkan kerajaan
Mataram.
Tahun
1645, Sultan Agung wafat dan digantikan oleh putranya yaitu Amangkurat.
Amangkurat memerintah dengan kejam dan tidak cakap sehingga mataram mengalami
kemunduran. Wilayah kekuasaan mataram berangsur-angsur
menyempit karena direbut oleh kompeni VOC. Belanda berhasil memecah belah
kerajaan Mataram menjadi 4 dinasti, yaitu: Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan
Surakarta, Pakualaman Yogyakarta, dan Mangkunegaran Surakarta.
Pada tahun 1675, Rade Trunajaya dari Madura memberontak. Ia berhasil
menguasai Mataram yang saat itu teletak di Plered. Amangkurat akhirnya
meninggal di Tegal. Sepeninggal Amangkurat I, Mataram dipegang oleh Amangkurat
II yang menurunkan Dinasti Paku Buwana di Solo dan Hamengku Buwana di
Yogyakarta. Amangkurat II meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan
Trunajaya.
Kelompok gue diminta buat ngejelasin secara singkat tentang kerajaan yang satu ini di pelajaran sejarah. Udah pada tau kan gue sekolah dimana? SMAN 8 TANGERANG. Inget tuh! Nah, biar nggak cepet lupa, gue share disini. Siapa tau bermanfaat buat kalian juga.