Thursday 31 October 2013

MATARAM ISLAM


A. Sebab Berdirinya Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam berdiri tahun 1582, terletak di daerah Kotagede, sebelah Tenggara kota Yogyakarta. Kerajaan ini dipimpin oleh suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan yang mengklaim masih keturunan penguasa Majapahit.
Kerajaan ini berasal dari sebuah kadipaten di bawah Kesultanan Pajang ( Sultan Hadiwijaya ), berpusat di Bumi Mentaok yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya mengalahkan Arya Penangsang.
Tahun 1575, Ki Ageng Pemanahan meninggal dunia dan digantikan oleh putranya yang bernama Sutawijaya atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Beliau bertekad untuk membebaskan diri dari kekuasaan Pajang sehingga hubungan Mataram dan Pajang memburuk dan berujung dengan peperangan di tahun 1587. Dalam peperangan ini, Sultan Hadiwijaya meninggal dunia.
Kemudian, Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja Mataram dengan gelar Panembahan Senopati. Ia mulai membangun kerajaannya dan memindahkan pusat pemerintahannya ke Kotagede tahun 1586. Pada tahun 1590, Kerajaan Mataram menaklukan Madiun, Jipang, Kediri, Pasuruan, dan Tuban.


B. Aspek Politik

Sebagai raja yang baru, Sutawijaya memiliki tekad untuk menjadikan Mataram sebagai pusat budaya dan agama Islam. Kerajaan Mataram Islam saat itu menganut sistem Dewa-Raja yang berarti kekuasaan tertinggi mutlak berada pada Sultan. Wangsit datang setelah mimpi dan pertemuan senopati dengan penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul, ketika ia bersemedi di Parangtritis dan Gua Langse di Selatan Yogyakarta. Dari pertemuan itu disebutkan bahwa kelak ia akan menguasai seluruh tanah Jawa.
Setelah Sutawijaya meninggal, kekuasaan dilanjutkan oleh putranya yaitu Mas Jolang. Pemerintahan Mas Jolang ini tidak berlangsung lama karena beliau wafat karena kecelakaan saat sedang berburu di hutan Krapyak, Setelah itu tahta beralih ke tangan putra keempat Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro menderita penyakit syaraf sehingga tahta beralih ke putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas Rangsang. Sesudah naik tahta, Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo atau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram mengalami masa keemasan.
Pada masa kekuasaan Sultan Agung terjadi pemberontakan oleh para bupati yang tidak mau tunduk pada Mataram seperti Bupati Pati, Lasem, Tuban, Surabaya, Madura, dan Madiun. Mataram juga memiliki ancaman dari Kerajaan Cirebon serta kekuasaan VOC di Batavia. Untuk menundukan perlawanan tersebut, Sultan Agung mempersiapkan sejumlah pasukan, senjata, dan armada laut, Mataram kemudian menyerang Surabaya dengan kekuatan 80.000 prajurit yang mengepung Surabaya dari darat dan laut.


C. Aspek Ekonomi

Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan penduduk (transmigrasi) dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik. Dengan usaha tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke Malaka. Perekonomian Mataram tidak semata-mata bergantung agraris, tetapi juga karena pelayaran dan perdagangan.


D. Aspek Sosial Budaya

Pada zaman kejayaan Sultan Agung, ilmu pengetahuan dan seni berkembang pesat, termasuk di dalamnya kesusastraan Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang kitab yang berjudul Sastra Gending yang merupakan kitab filsafat kehidupan dan kenegaraan. Kitab-kitab yang lain adalah Nitisruti, Nitisastra, dan Astrabata. Kitab-kitab ini berisi tentang ajaran-ajaran budi pekerti yang baik.


E. Kemunduran Mataram Islam

Kemunduran Mataram Islam, berawal dari kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan menguasai seluruh Jawa. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus.
Pada tahun 1641, Malaka jatuh ke tangan Belanda. Belanda juga menguasai jalur perdagangan laut Nusantara. Sepak terjang Belanda tersebut menyulitkan kerajaan Mataram.
Tahun 1645, Sultan Agung wafat dan digantikan oleh putranya yaitu Amangkurat. Amangkurat memerintah dengan kejam dan tidak cakap sehingga mataram mengalami kemunduran. Wilayah kekuasaan mataram berangsur-angsur menyempit karena direbut oleh kompeni VOC. Belanda berhasil memecah belah kerajaan Mataram menjadi 4 dinasti, yaitu: Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Pakualaman Yogyakarta, dan Mangkunegaran Surakarta.
Pada tahun 1675, Rade Trunajaya dari Madura memberontak. Ia berhasil menguasai Mataram yang saat itu teletak di Plered. Amangkurat akhirnya meninggal di Tegal. Sepeninggal Amangkurat I, Mataram dipegang oleh Amangkurat II yang menurunkan Dinasti Paku Buwana di Solo dan Hamengku Buwana di Yogyakarta. Amangkurat II meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan Trunajaya.




Kelompok gue diminta buat ngejelasin secara singkat tentang kerajaan yang satu ini di pelajaran sejarah. Udah pada tau kan gue sekolah dimana? SMAN 8 TANGERANG. Inget tuh! Nah, biar nggak cepet lupa, gue share disini. Siapa tau bermanfaat buat kalian juga.

No comments:

Post a Comment